Jumat, 07 Mei 2010

LAPORAN

OCEANOGRAFI


OLEH

RUSTAM


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2009


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah telah mencatat bahwa jatuh dan bangunnya peradaban bangsa yang tinggal di kepulauan nusantara sangat dipengaruhi oleh penguasaan lautan. Kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya dan Majapahit berhasil menguasai dan memakmurkan kerajaannya melalui kekuatan armada lautnya. Bahkan serikat dagang Belanda (VOC) mampu menjajah nusantara selama 3,5 abad dengan kemampuannya menguasai lautan. Tidak dapat dipungkiri bahwa laut merupakan suatu aset untuk kedaulatan dan kemakmuran bangsa Indonesia (Simanjuntak et al., 2009).

Dalam Nontji (2002), laut merupakan sumber kehidupan. Potensi yang ada dalam rahim laut dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Hal ini menjadikan laut menjadi salah satu tumpuan dalam pengembangan ekonomi sebuah Negara. Posisi laut Indonesia yang berada pada titik silang antara 2 benua dan 2 samudera menyebabkan kondisi laut di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi yang berkembang dikedua benua dan dikedua samudera tersebut. Perubahan musim dan tekanan udara 2 benua yang menentukan musim hujan dan musim kemarau, pola angin musim yang mempengaruhi arus air laut di permukaan laut, pertukaran massa air di 2 samudera sangat mempengaruhi kehidupan dalam laut. Tidak dapat kita pungkiri bahwa 70,8 % dari luas muka bumi yang luasnya 510 juta km² merupakan laut, serta luas seluruh laut di bumi ini kurang lebih 361 km². Cuaca dan iklim yang memungkinkan kita hidup di planet ini dalam banyak hal sangat ditentukan oleh perkembangan kondisi di laut dan udara di atasnya.

Disebutkan juga oleh Simanjuntak et a.,l (2009), wilayah laut Indonesia mencakup 12 mil laut ke arah luar garis pantai, selain itu Indonesia memiliki wilayah yuridiksi nasional yang meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil dan landas kontinen sampai sejauh 350 mil dari garis pantai.

1.2 Manfaat dan Tujuan

Manfaat dari praktikum oceanopgrafi ini adalah agar praktikan mengetahui dan memahami secara langsung tentang ilmu oceanografi, khususnya pada oceanografi fisik dan oceanografi kimia perairan laut.

Tujuan dari praktikum oceanografi ini agar praktikan dapat mengkaji perilaku cahaya di lautan dalam kaitannya dengan sifat-sifat optis air, mengukur suhu air laut, gelombang, pasang surut, kecepatan arus, salinitas, pH, dan Oksigen terlarut /DO.

1.3 Waktu dan tempat

Praktikum Oceanografi dilakukan di Pelabuhan Probolinggo pada hari Rabu tanggal 18 November 2009 mulai pukul 09.30 sampai selesai


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perairan Laut

Laut merupakan sumber kehidupan. Potensi yang ada di dalam laut dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Permukaan bumi ditutupi air asin sejumlah 71 %. Di bawah permukaan ini kedalaman air kira-kira 3,8 km dengan volume sebesar 1370 x 106 km3 karena diseluruh air yang besar ini terdapat kehidupan. Maka lautan merpakan kumpulan kehidupan organisme yang sangat besar di planet bumi. Organisme ini sangat bervariasi dan praktis mewakili semua fylum. Semua organisme dipengaruhi oleh sifat air laut yang ada di sekelilingnya dan banyak bentuk yang umum dijumpai pada tumbuhan dan binatang laut. Ini merupakan penyesuaian diri (adaptasi) terhadap lingkungan perairan laut (Nybakken,1988).

Dalam Nontji (2002), posisi laut Indonesia yang berada pada titik silang antara 2 benua dan 2 samudra menyebabkan kondisi laut di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi yang berkembang di kedua benua dan di kedua samudra. Perubahan musim dan tekanan udara 2 benua yang menentukan musim hujan dan musim kemarau, pola angina musim yang mempengaruhi arus air laut di permukaan laut, pertukaran massa air diantara 2 samudra sangat mempengaruhi kehidupan dalam laut.

Disebutkan juga oleh Simanjuntak et al., (2009), dalam mengelola laut sebagai wilayah ada dua hal pokok yang harus diselesaikan. Pertama secara eksternal yaitu menata batas wilayah laut dengan negara-negara tetangga sesuai dengan ketentuan internasional yang berlaku dan kedua, secara internal yaitu menata wilayah laut, khususnya batas-batas peruntukan wilayah laut sebagai suatu pengaturan pemanfaatan laut yang mengakomodasi semua kepentingan dengan tetap mengutamakan asas persatuan dan kesatuan bangsa.

2.2 Parameter Fisika

2.2.1 Suhu

Suhu diair laut adalah suatu factor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas organism maupun perkembangan dari organism – organism tersebut. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika banyak di jumpai bermacam-macam jenis hewan yang terdapat di berbagai tempat di dunia (Evan dan Hutabarat, 1985). Sedangkan menurut Efendi (2003), suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan air laut (atlitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air.

Untuk penentuan suhu permukaan laut dari satelit pengukuran dilakukan dengan radiasi infra merah pada panjang gelombang 3μm-14μm. Pengukuran spektrum infra merah yang dipancarkan oleh permukaan laut hanya dapat memberikan informasi suhu pada lapisan permukaan sampai kedalaman 0.1 mm (Presetiahadi, 2006).

Disebutkan juga oleh Tomascik et al., (1997), Suhu dapat mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesa. Tinggi suhu dapat menaikkan laju maksimum fotosintesa (Pmax), sedangkan pengaruh secara tidak langsung yakni dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton.

2.2.2 Kecepatan Arus

Arus adalah gerakan mengalir suatu massa. Arus dipengaruhi atau disebabkan oleh tiupan angin, karena perbedaan densitas air laut, dan juga disebabkan gerakan bergelombang panjang (Nontji, 1987). Arus laut atau sea current adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerakan ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke samping) (Waldopo, 2000).

Dalam Barus (2002), arus terutama berfungsi dalam pengangkutan energi panas dan substansi yang terdapat di dalam air. Pada perairan lentik yang umumnya relatif dalam, akan terjadi arus vertikal. Arus vertikal ini akan mempengaruhi distribusi plankton. Selain itu pengaruh arus yang paling penting adalah ancaman bagi organisme adalah dihanyutka oleh arus yang deras. Disebutkan juga oleh Wyrtki (1961), arah arus permukaan memiliki hubungan yang erat dengan angin. Perairan Indonesia sangat dipengaruhi oleh sistem angin musim (Monsoon) yang mengalami pembalikan arah dua kali setahun.

2.2.3 Kecerahan

Kecerahan adalah ukuran transparasi perairan yang diamati secara visual dan diamati dengan secchi disk. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecrahan air laut, antara lain adanya bahan yang melayang-layang diperairan dekat pantai, tinggiya nilai kekeruhan diperairan dekat pantai menyebabkan terhalangnya penetrasi sehingga tidak masuk keperairan yang dalam, dan juga besarnya sinar matahari yang masuk keperairan. Adapun klasifikasi perairan laut dibedakan menjadi dua lapisan yaitu lapisan trophosphere yang dipengaruhi oleh faktor luar dan lapisan stratosphere yang merupakan lapisan bawah atau air dasar. (Sabrina dan Delila, 2001).

Dalam Tancung dan Kordi (2007), kecerahan yang baik adalah kekeruhan yang di sebabkan oleh jasad-jasad renik atau plankton. Bila kekeruhan disebabkan oleh plankton, maka kekeruhan mencerminkan jumlah individu plankton yaitu jasad renik yang melayang dan selalu mengikuti gerak air. Sedangkan menurut Efendi (2003), kecerahan merupakan ukuran trasparasi perairan, yang ditentukan secara visual dengan mengunakan secchi disk.

2.2.4 Sifat Optis Air

Menurut Barus (2002), sifat optis air merupakan suatu sifat yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pertama cahaya matahari yang masuk ke dalam air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian lagi akan dipantulkan keluar dari permukaan air. Dengan bertambahnya kedalaman lapisan air intensitas cahaya tersebut akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Kedua berbagai substrat dan benda lain yang terdapat di dalam air. Dan yang ketiga vegetasi yang ada di sepanjang aliran air karena tumbuh-tumbuhan tersebut juga mempunyai kemampuan untuk mngabsorbsi cahaya matahari. Sinar matahari yang masuk dalam perairan mengalami pemantulan, pembiasan, penyebaran, dan penebaran.

2.2.5 Pasang Surut

Pasang naik dan pasang surut merupakan bentuk gerakan air laut yang terjadi karena pengaruh gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi. Hal ini didasarkan pada hukum Newton yang berbunyi “Dua benda akan terjadi saling tarik menarik dengan kekuatan yang berbanding terbalik dengan pangkat dua jaraknya” (Waldopo, 2000).

Pasang-surut (pasut) ialah proses naik turunnya muka laut yang hampir teratur, dibangkitkan terutama oleh gaya tarik bulan dan matahari. terutama oleh gaya tarik bulan dan matahari. Karena posisi bulan dan matahari terhadap bumi selalu Karena posisi bulan dan matahari terhadap bumi selalu berubah secara hampir teratur, maka besarnya kisaran pasut juga berubah mengikuti perubahan berubah secara hampir teratur, maka besarnya kisaran pasut juga berubah Mengikuti perubahan posisi-posisi tersebut. posisi-posisi tersebut. Selain itu, pasut terdiri dari berbagai komponen yang dapat dikelompokkan Selain itu, pasut terdiri dari berbagai komponen yang dapat dikelompokkan menurut siklusnya, seperti komponen pasut harian ( diurnal ), tengah-harian ( semi-diurnal ), atau menurut siklusnya, seperti komponen pasut harian (diurnal), tengah-harian (semi-diurnal), atau komponen perempat harian ( quarternal ). komponen perempat harian (quarternal). Komponen-komponen pasut tersebut (terutama dua Komponen-komponen pasut tersebut (terutama dua komponen yang disebut pertama) menentukan tipe pasut di suatu perairan. komponen yang Disebut pertama) menentukan tipe pasut di suatu Perairan. Jika perairan tersebut Jika Perairan tersebut mengalami satu kali pasang dan surut per hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut satu kali mengalami pasang dan surut per hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut tunggal. tunggal. Jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari, maka pasutnya dikatakan Jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari, maka dikatakan pasutnya bertipe pasut ganda. bertipe pasut ganda. Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda, dan Tipe pasut lainnya Peralihan Merupakan antara tipe tunggal dan ganda, dan dikenal sebagai pasut campuran. dikenal Sebagai pasut campuran (Pariwono, 2003).

2.2.6 Gelombang

Gelombang laut atau ombak merupakan gerakan air laut yang paling umum dan mudah kita amati. Helmholts menerangkan prinsip dasar terjadinya gelombang laut sebagai berikut “Jika ada dua massa benda yang berbeda kerapatannya (densitasnya) bergesekan satu sama lain, maka pada bidang geraknya akan terbentuk gelombang” (Waldopo, 2000).

Pada umumnya, kondisi gelombang di suatu perairan diperoleh secara tidak langsung dari data angin yang terdapat di kawasan perairan tersebut. Hal ini didasari atas kondisi umum yang berlaku di laut, yaitu sebagian besar gelombang yang ditemui di laut dibentuk oleh energi yang ditimbulkan oleh tiupan angin. Gelombang jenis ini dikenal sebagai gelombang angin. Gelombang ini merupakan fungsi dari tiga faktor, yaitu kecepatan angin, lamanya angin berhembus ( duration ), dan jarak dari tiupan angin pada perairan terbuka ( fetch ) (Pariwono, 2003).

Menurut Waldopo (2000), gelombang terjadi karena beberapa sebab, antara lain:

1) Karena angin. Gelombang terjadi karena adanya gesekan angin di permukaan, oleh karena itu arah gelombang sesuai dengan arah angin.

2) Karena menabrak pantai. Gelombang yang sampai ke pantai akan terjadi hempasan dan pecah. Air yang pecah itu akan terjadi arus balik dan membentuk gelombang, oleh karena itu arahnya akan berlawanan dengan arah datangnya gelombang.

3) Karena gempa bumi. Gelombang laut terjadi karena adanya gempa di dasar laut. Gempa terjadi karena adanya gunung laut yang meletus atau adanya getaran / pergeseran kulit bumi di dasar laut. Gelombang yang ditimbulkan biasanya besar dan sering disebut dengan gelombang “tsunami”.

2.3 Parameter Kimia

2.3.1 pH

Nilai pH meyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan, didefinisikan sebagai logaritma dari resiprokal aktivitas ion hydrogen dan secara matematis dinyatakan sebagai pH = log , dimana H+ adalah banyaknya ion hidrogen dalam mol per liter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepas sejumlah ion hidrogen akan menunukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa. Organisme laut dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antar asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan oganisme laut pada umumnya terdapat antara 7-8,5. Adapun pH dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu ; asam (3-6,9), netral (7-8,5), dan basa (diatas 8,5) (Barus, 2002).

Disebutkan juga oleh Zonneveld, et al., (1991), derajat keasaman merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen dan menunjukkan suasana air tersebut apakah berada dalam keadaan asam atau bersifat basa. Secara alami, derajat keasaman dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan senyawa yang bersifat asam.

2.3.2 Salinitas

Salinitas adalah jumlah semua garam dalam air setelah semua karbonat diubah menadi oksida-oksidanya, semua bromida dan iodin digantikan oleh clorida dan dinyatakan dalam satuan permil (o/oo) atau ppt (Mintoharjo, 1988). Profil salinitas menunjukkan hal yang serupa dengan temperatur dimana lapisan permukaan teramati sampai kedalaman 50 m dengan nilai salinitas berkisar 33,1 – 33,5 PSU. Salinitas lebih dari 34 PSU teramati mulai dari kedalaman 50 m sampai dasar dan mencapai maksimum, yaitu 35,13 PSU pada kedalaman 100 – 150 m (Surinati, 2009).

Menurut Boyd (1982) dalam Tancung dan Kordi (2007), salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut kedalam air. Komposisi ion-ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan di dominasi oleh ion-ion tertentu seperti khlorida, karbonat, bikarbonat, sulfat, natrium, kalsium dan magnesium.

2.3.3 DO (Oksigen Terlarut)

Menurut Lukito dan Surip (2007), oksigen merupakan zat terpenting bagi organisme untuk bernafas. Keberadaan oksigen ada di udara dan yang terlarut dalam air. Adanya oksigen dalam air disebabkan oleh :

1) Pergerakan air di permukaan, menyebabkan difusi udara ke dalam air sehingga dapat memperkaya kandungan oksigen di dalam air.

2) Suhu, semakin tinggi suhu air akan menyebabkan kandungan oksigen yang terlarut menjadi semakin sedikit.

3) Tekanan udara, semakin tinggi suatu wilayah atau daerah dari permukaan air laut, semakin rendah tekanan udaranya dan kandungan oksigen didalam air pun rendah.

4) Tumbuhan air, adanya proses fotosintesis pada tumbuhan air mempengaruhi keberadaan oksigen di dalam air. Pada siang hari, tanaman mengeluarkan oksigen sedangkan pada malam hari mengeluarkan karbondioksida.

Menurut Efendi (2003), Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfir.

III. METODOLOGI

.1 Alat dan Fungsi

3.1.1 Parameter Fisika

Alat – alat yang digunakan dalam pengukuran parameter fisika adalah sebagai berikut:

a. Suhu

· Thermometer untuk mengukur suhu air laut.

b. Kecepatan Arus

· Tali plastik (rafia) sepanjang 10 meter yang digunakan untuk mengikat botol plastik dalam pengukuran kecepatan dan arah arus air laut

· Botol (bekas) air mineral 600 ml, digunakan sebagai pemberat yang dipasang pada tali rafia dalam pengukuran kecepatan dan arah arus air laut.

c. Kecerahan dan Sifat Optis Air

· Secchi Disk, digunakan untuk mengukur kecerahan dan sifat optis air laut.

d. Pasang Surut

· Tidal Staff, digunakan untuk mengukur pasang surut air laut.

e. Gelombang

· Tongkat bersekala, digunakan untuk mengukur tinggi gelombang air laut.

3.1.2 Parameter Kimia

Alat – alat yang digunakan dalam pengukuran parameter kimia adalah sebagai berikut:

a. pH

· pH paper untuk mengukur pH air laut.

b. Salinitas

· Refraktometer untuk mengukur salinitas air laut.

c. DO (Oksigen Terlarut)

·

3.2 Bahan dan Fungsinya

Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum oceanografi dalam pengukuran parameter fisika dan kimia adalah sebagai berikut:

· Aquadest adalah bahan yang digunakan untuk membersihkan membran refrakltometer.

· Kertas Tissue adalah bahan yang digunakan untuk mengeringkan aquadest.

· Larutab MnSO4 adalah bahan yang digunakan untuk mengikat O2.

· Laarutan NaOH + Kl adalah bahan yang digunakan untuk membuat suasana larutan menjadi ioda.

· Larutan H2SO4 adalah bahan yang digunakan untuk menghancurkan endapan (melarutkan ikatan Mn dengan O2).

· Amilum sebagai indikator warna saat titrasi.

· Natrium tjiosulfat (Na S2 O3) adalah bahan yang digunakan untuk mengganti I2 yang telah habis / ion-ion yang telah berikatan setara dengan O2 yang telah dilepas air sample.

·

3.3 Sekema Kerja

3.3.1 Parameter Fisika

a. Suhu

Cara pengukuran

Termometer Hg

- dicelupkan ke dalam air laut

- ditunggu beberapa menit

- diangkat dari air laut

dibaca nilainya dalam sekala

Hasil

b. Kecepatan Arus

Cara pengukuran

2 botol plastik

- dihubungkan dengan tali rafia sepanjang 30 cm

- diisi dengan air lokal salah satu dari dotol tersebut

- diikat dengan tali rafia sepanjang 10 meter

- dihanyutkan mengikuti arus air laut

Kecepatan arus

- diukur waktunya dengan stop watch dengan jarak 5-10 m

- dihitung dengan rumus panjang tali : waktu tempuh

- dicatat dalam satuan m/detik

Hasil

c. Kecerahan

Cara pengukuran :

Secci Disc

- diturunkan pelan-pelan hingga batas tampak dan tidak tampak (sesaat sebelum tampak)

- dicatat kedalamannya

- diturunkan lebih dalam lagi hingga benar-benar tidak tampak

- ditarik pelan-pelan hingga pertama kali terlihat

- dicatat kedalamannya

Hasil


d. Sifat Optis Air

Cara pengukuran :

Sifat Optis Air

- diukur nilai kecerahan seperti poin di atas dan waktu pelaksanaan pengukuran

- dicatat sebagai kecerahan I dan waktu I

- ditunggu 1 jam

- diukur lagi nilai kecerahan dengan cara yang sama dan waktu pelaksanaan pengukuran

- dicatat sebagai kecerahan II dan waktu II

- dihitung besar sudut yang terbentuk antara pengukuran 1 (α) dan II (β) dengan garis horizontal antara pukul 06.00 dan 18.00

Hasil

e. Pasang Surut

Cara pengukuran :



Tidal Staf

- dipasang atau ditancapkan pada daerah pasut yang masih terendam air saat surut terendah

- dicatat tinggi permukaan air mula-mula (t0) sesuai dengan tinggi permukaan air pada selang plastik

- dibiarkan sampai satu jam

- dicatat lagi tinggi permukaan airnya (t1) dalam selang plastik

- dihitung kecepatan pasut sebagai selisih dari 2 kali pengukuran tersebut

- dicatat dalam satuan cm/jam

Hasil

f. Gelombang

Cara pengukuran :

· Tinggi Gelombang

Visual (konvensional) dan terbatas pada tepi pantai

Tongkatt

- diberi skala sampai 1,5 m

- ditancapka atau ditegakkan dalam air

- diukur atau dilihat tinggi gelombangnya secara langsung

- diulang sebanyak 3 kali

- dicatat nilainya

Hasil

· Periode Gelombang

Cara pengukuran (konvensional)

Tongkat

- diberi skala sampai 1,5 m

- ditancapka atau ditegakkan dalam air

- diukur waktu yang diperlukan puncak gelombang I dengan puncak gelombang II untuk melewati tongkat dengan stop watch

- diulang sebanyak 3 kali

- dicatat waktunya

Hasil

3.3.2 Parameter Kimia

a. pH

Cara pengukuran :

pH Paper

- dicelupkan ke dalam air laut yang akan diukur

- diamati perubahan warna yang terjadi

- dicocokkan warnanya dengan contoh warna pada kemasan pH paper

- ditentukan nilai pH-nya sesuai dengan wearna pada kemasan

Hasil

b. Salinitas

Cara pengukuran :

Refraktometer

- dibersihkan membrannya dengan aquadest

- dikeringkan dengan tissue

Air Laut

- diambil dengan pipet tetes

- diteteskan sebanyak 1-2 tetes pada membran refraktometer

- penutup membran ditutup

- diarahkan menuju sumber cahaya

- dibaca nilai salinitas pada lensa refraktometer

Hasil

c. DO (Oksigen Terlarut)

Cara pengukuran :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

4.1.1 Parameter Fisika

Hasil pengukuran parameter fisika di perairan pelabuhan Probolonggo pada tanggal 18 November 2009 adalah sebagai berikut:

a. Suhu

- Pengamatan 1 : 300C

- Pengamatan 2 : 300C

- Pengamatan 3 : -

b. Kecepatan Arus

Hasil pengukuran kecepatan arus :

· Pengamatan 1

- Panjang tali yang dipakai : 10 meter

- Lama waktu tempuh :

- Kecepatan arus :

- Arah arus :

· Pengamatan 2

- Panjang tali yang dipakai : 10 meter

- Lama waktu tempuh :

- Kecepatan arus :

- Arah arus :

· Pengamatan 3

- Panjang tali yang dipakai : 10 meter

- Lama waktu tempuh :

- Kecepatan arus :

- Arah arus :

c. Kecerahan

Hasil pengukuran kecerahan

· Pengamatan 1

- Kedalaman Secchi Disk (mulai tidak tampak) : 198 cm

- Kedalaman Secchi Disk (mulai tampak) : 302 cm

- Nilai kecerahan (rata-rata pengukuran) : 250 cm

· Pengamatan 2

- Kedalaman Secchi Disk (mulai tidak tampak) : 280 cm

- Kedalaman Secchi Disk (mulai tampak) : 320 cm

- Nilai kecerahan (rata-rata pengukuran) : 300 cm

· Pengamatan 3

- Kedalaman Secchi Disk (mulai tidak tampak) : 326 cm

- Kedalaman Secchi Disk (mulai tampak) : 348 cm

- Nilai kecerahan (rata-rata pengukuran) : 337 cm

d. Sifat Optis Air

- Kedalaman Secchi Disk pada pukul 10.00 WIB = 302 cm

- Kedalaman Secchi Disk pada pukul 11.00 WIB = 320 cm

- Kedalaman Secchi Disk pada pukul 12.00 WIB = 348 cm

e. Pasang Surut

Hasil pengukuran pasang surut :

- Skala awal pada Tidal Staff : 25 cm

- Skala Akhir pada Tidal Staff : 74 cm

- Selang waktu pengukuran : 4,5 jam

- Kecepatan pasang surut : 12,25 cm/jam

f. Gelombang

Hasil pengukuran panjang gelombang :

Tabel Pengukuran nTinggi Gelombang

Pengukuran ke-

I

II

III

Puncak (cm)

85

87

98

Lembah (cm)

75

74

81

Selisih (cm)

10

13

17

Tinggi gelombang rata-rata : ∑ selisih/3 = 13.3 cm

Tabel Periode Gelombang

Pengukuran ke-

I

II

II

RERATA

Periode gelombang (detik)

3

3

3

3

4.1.2 Parameter Kimia

Hsil pengukuran parameter kimia di perairan pelabuhan Probolonggo pada tanggal 18 November dapat di lihat pada table di bawah ini:

Tabel 2. Parameter Kimia di Perairan Probolonggo

No

Parameter yang di amati

Kisaran

1

pH

8

2

Salinitas

35

3

DO

4.2 Analisa Prosedur

4.2.1 Parameter Fisika

a. Suhu

Untuk praktikum suhu air laut ini alat yang dipakai adalah Thermometer, untuk cara pengukurannya adalah sebagai berikut : Thermometer Hg dicelupkan langsung ke dalam perairan , dibiarkan beberapa saat (± 2 menit) lalu diangkat dan secepatnya dibaca nilai suhu pada skala Thermometer Hg sebelum terpengaruh oleh suhu sekitar dan bertujuan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pengukuran dilakukan sebanyal 3 kali yaitu pada jam 10.00, 11.00, dan 12.00 WIB.

b. Kecepatan Arus

Pada praktikum kecepatan arus alat yang digunakan adalah tali plastik/nilon, botol (bekas) aqua 500 atau 600 ml, dan stopwatch. Cara pengukurannya adalah pertama-tama 2 botol bekas aqua dihubungkan dengan tali nolin sepanjang ± 30 cm, kemudian dihubungan lagi dengan tali nilon sepanjang 15-20 meter. Salah satu botol aqua diisi dengan air sebagai pemberat, selanjutnya kedua botol itu dihanyutkan mengikuti arus. Waktu yang digunakan untuk menempuh jarak 5-0 meter dicatat (waktu tempuh diukur dengan stopwatch). Kecepatan arus dihitung sebagai (panjang tali yang dipakai : waktu tempuh) dan dicatat dalam satuan meter/detik.

c. Kecerahan dan Sifat Optis Air

Pada praktikum kecerahan ini alat yang digunakan adalah secchi dissk, adapun cara pengukurannya adalah sebagai berikut : secchi disk diturunkan ke dalam laut pelan-pelan hingga bats tampak dan tidak tampak (sesaat sebelum tidak tampak) dan dicatat kedalamannya, lalu secchi disk diturunkan lebih dalam lagi hingga benar-0benar tidak tampak, kemudian ditarik pelan-pelan hingga pertama kali terlihat dan dicatat kedalamannya, dengan rata-rata dari hasil pengukuran tersebut merupakan nilai kecepahan perairan. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah. bila kecerahan (angka secchi disk) menunjukkan 25-45 cm berarti cukup baik keadaannya. Bila kurang dari 25 cm, fitoplankton terlalu pekat dan bnyak.

d. Pasang Surut

Pada praktikum ini digunakan alat yaitu tidal staff dan dapat diganti dengan tongkat berskala yang diberi selang ditengahnya. Cara pengukurannya adalah sebagai berikut : tidal staff/tongkat dipasang pada tiang di daerah pasang surut yang masih terendam air pada saat surut terendah, kemudian tinggi permukaan air dalam selang palstik bening pada tidal staff/tongkat dicatat sebagai tinggi permukaan mula-mula t0 (cm). Setelah 1-4 jam, tinggi permukaan air dalam selang plastik dicatat lagi sebagai tinggi permukaan air t1 (cm), dan setelah diketahui t0 dan t1 dapat dihitung kecepatan pasang surut, yaitu selisih antara t0 dan t1 dibagi dengan selang waktu pengukuran tersebut (cm/jam).

e. Gelombang

Pada untuk praktikum gelombang alat yang digunakan adalah tongkat berskala 2 meter dan stopwatch, untuk cara pengukurannya adalah sebagai berikut : tongkat berskala ditancapkan dalam air, tinggi gelombang diukur secara langsung oleh praktikum lainnya, pengukuran diulang sebanyak 3 kali. Pada periode gelombang alat yang digunakan tetap tingkat berskala 2 meter dan stopwatch. Untuk cara pengukurannya adalah sebagai berikut : tongkat berskala ditancapkan dalam air, praktikum lainnya mengukur lamnya waktu yang diperlukan, puncak gelombang 1 dengan puncak gelombang 2 untuk melewati tongkat tersebut pengukurannya diulang sebanyak 3 kali.

4.2.2 Parameter Kimia

a. pH

Pada praktikun ini, alat yang digunakan yaitu pH paper cara penggunaannya yaitu dengan cara pH paper di celupkan dalam air sampel yang mau di ukur pH-nya selama beberapa menit (±2-3 menit) kemudia di angkat dan dicocokan dengan warna pH yang ada pada kotak kemasan pH paper dan diketahui pHnya.

b. Salinitas

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Rfraktometer dan cara pengukurannya adalah sebagai berikut : pertama-tama membran Refraktometer dibersihkan dengan aquadest dan dikeringkan dengan tissue, setelah alat bersih sampel berupa air laut diambil menggunakan pipet tetes dan diteteskan 1-2 tetes pada membran Refraktometer, kemudian ditutup dengan penutup membran. Refraktometer yang telah ditetesi sampel air laut diarahkan menuju sumber cahaya dan nilai salinitas langsung dibaca pada lensa Refraktometer, yaitu skala pada batas bagian yang berwarna kebiruan disebelah kanan tiang skala yang bersatuan ppt. (skala sebelah kiri menunjukkan nilai berat jenis air).

c. DO (Oksigen Terlarut)

4.3 Analisa Hasil

4.3.1 Parameter Fisika

a. Suhu

Dari hasil pengukuran, diketahui bahwa suhu perairan di pelabuhan Probolinggo sebesar 300C. Besarnya suhu ini normal karena seperti yang telah diketahui dari literatur bahwa suhu normal untuk kehidupan di perairan berkisar antara 270C – 320C. Besarnya suhu mendekati suhu maksimum untuk kisaran suhu normal. Hal ini dikarenakan pada saat melakukan pengukuran, cuaca baik dan sinar matahari yang masuk ke perairan tidak terhalang oleh awan.

Dengan demikian suhu normal yaitu 300C, maka besarnya salinitas di perairan tersebut juga tidak terlalu tinggi karena penguapn tidak terlalu tinggi. Selain itu, dengan besarnya suhu yang normal maka pH juga normal yaitu 8 sehingga jumlah organisme banyak yang mengakibatkan DO rendah (Barus, 2002).

b. Kecepatan Arus

c. Kecerahan

Dari hasil pengukuran, dikethui bahwa kecerahan perairan di pelabuhan Probolinggo sebesar 395,67 cm nilai ini dari hasil pengukuran sebanyak 3 kali. Nilai kecerahan ini sangat baik karena seperti yang telah diketahui dari literatur bahwa perairan dengan kecerahan antara 24-45 cm berarti keadaannya cukup baik, dan dari hasil pengukuran nilai kecerahan jauh di atas angka tersebut. Nilai kecerahan yang didapatkan ini disebabkan karena pada saat pengukuran cuacanya bak sehingga sinar matahari yang masuk ke perairan besar. (Saberina dan Delila, 2001).

d. Sifat Optis Air

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan dengan menggunakan secchi disk sebanyak 3 kali dalam waktu yang berbeda, diperoleh kedalaman yang berbeda. Pengukuran pada pukul 12.00 WIB diperoleh kedalaman secchi disk yang lebih besar daripada pengukuran pada pukul 11.00 WIB serta pengukuran pada pukul 11.00 WIB diperoleh kedalaman secchi disk lebih besar dari pada pukul 10.00. Hal ini karena pada pukul 12.00 sinar matahari lebih terik atau lebih besar daripada pukul 11.00 dan juga karena pada saat pengukuran kondisinya dalam keadaan cerah.

Kedalaman yang diperoleh dari pengukuran sifat optis air ini dipengaruhi oleh tingkat kecerahan peairan tersebut. Semakin tinggi kecerahannya, maka akan semakin dalam sehingga sudut datang yang terbentuk juga akan semakin besar.

e. Pasang Surut

Berdasarkan hasil pengukuran, diketahui bahwa kecepatan pasang surut di pelabuhan Probolinggo sebesar 12.25 cm/jam. Pengukuran ini dilakukan dengan selang waktu 4,5 jam. Nilai ini tergolong cukup besar. Hal ini dikarenakan angin sore yang pada saat pengukuran dilakukan cukup besar sehingga kecepatan pasang surut juga cukup besar.

Menurut Evan dan Hutabarat (1985), perbedaan ketingian permukaan antara pasang tertinggi dan pasang rendah dikenal sebagai tinggi pasang (tidal rage). Sifat khusu dari naik turunya permukaan air ini terjadi 2 kali setiap hari sehingga terdapat dua periode pasang tinggi dan dua periode pasang rendah.

f. Gelombang

Dari hasil pengukuran, diketahui bahwa tinggi gelombang rata-rata pantai di pelabuhan Probolinggo tergolong rendah atau kecil. Hal ini dikarenakan dasar pantai yang berupa lumpur sehingga air seakan tersendat oleh lumpur. Selain itu juga, dikarenakan pantai di pelabuhan Probolinggo termasuk pantai bagian utara jawa dimana pantai bagian utara jawa dasarnya landai sehingga gelombangnya kecil. Untuk periode gelombangnya rata-rata 3 detik. Periode gelombang ini tergolong cepat. Hal ini dikarenakan anginsore pada saat pengukuran dilakukan cukup besar. Disamping itu, juga karena pada saat pengukuran dilakukan sedang pasang.

Menurut Wibisono (2005), bila keterjalan gelombang melebihi harga 1/7 atau 0,14 maka gelombang tidak setabil. Kondisi demikian dikatakan bahwa di wilayah tersebut terdapat areal pecahan gelombang (surfing zone) yang sering di manfaatkan oarang untuk berselancar.

4.3.2 Parameter Kimia

a. pH

Dari hasil pengukuran pada saat praktikum, diketahui bahwa pH perairan di pelabuhan Probolinggo sebesar 8 yang berarti air laut bersifat netral. Dan sifat netral ini tidak membahayakan organisme atau ekosistem yang ada di perairan laut tersebut karena pH 8 merupakan pH yang baik bagi organisme laut. Hal ini berarti di perairan laut tersebut banyak terdapat organisme laut karena mereka menyukai perairan dengan pH antara 7-8,5.

Berdasarkan pH, perairan dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu ; asam dengan pH antara 3-6,9, netral antara 7-8,5, dan basa di atas 8,5 (Barus, 2002). Dengan pH sebesar 8 (di perairan tempat praktikum) berarti terdapat organisme dalam jumlah banyak karena organisme/biota laut menyukai perairan dengan pH tersebut.

b. Salinitas

Dari hasil pengukuran, diketahui bahwa salinitas perairan di pelabuhan Probolinggo sebesar 30 ppt. Besarnya salinitas ini di bawah biasanya dimana besarnya salinitas biasanya berkisar antara 34 % - 35 %. Hal ini kemungkinan karena padatan yang ada di perairan (Nacl-nya) tidak terlalu tinggi.

Menurut Tancung dan Kordi (2007), Salinitas air berpengaruh terhadap tekonan osmotic. Semakin tinggi salinitas, akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Biota yang hidup di air asin harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap tekanan osmotic dari lingkungan.

c. DO (Oksigen Terlarut)

4.4 Manfaat di Buidang Perikanan

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Barus, T.A. 2002. Pengantar Limnologi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Efendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.

Evans, S.M dan Hutabarat, S. 1985. Pengantar Oseanografi. UI-PRESS. Jakarta.

Mintoharjo, K et al. 1988. Persyaratan Tanah dan Air Dalam Pedoman Budidaya Tambak. Dirjen Perikanan. Departemen Pertanian Jakarta.

Notji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia. Jakarta.

Pariwono. J.I. 2003. Kondisi Oceanografi Perairan Pesisir Lampung. Coastal Resources Center, University of Rhode Island. Universitas Rhode Island. Jakarta, Indonesia. Jakarta, Indonesia.

Presetiahadi. S. 2006. Kondisi Perairan Indonesia. Http:// www.lapanrs. com/BINUS/SIKAN/.kondisi perairan indonesia.

Saberina dan Delila. 2001. Penuntun Praktikum Pengelolahan kualitas air. Universitas Riau. Pekabaru.

Surinati. D. 2009. Kondisi Oseanografi Fisika Perairan Barat Sumatera (Pulau Simeulue dan Sekitarnya) Pada Bulan Agustus 2007 Pasca Tsunami Desember 2004. Bidang Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta Utara.

Simanjuntak. D, Imam. B, Edward. S, dan Dewi. S,. 2009. Sumberdaya Laut Indonesia Dan Pengelolaannya. http://images.ibasoke. multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SktgkgoKCtYAACJ0bdA1/Laut%2520Indonesia.pdf.

Tancung.A. B dan Kordi. K.M.G.H. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. Rineka Cipta. Jakarta.

Tomoscik.T.A.J, Mah.A, Nontji, and M.K. Moosa. 1997. The Ecology of The Indonesia Seas. Part Two Chapters 13-23. Periplusedihons. Singapure.

Waldopo. 2000. Perairan Darat dan Laut. http://elcom.umy.ac.id/elschool /muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/Geografi/PERAIRAN%20DARAT%20DAN%20LAUT.pdf.

Wibisono.M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo. Jakarta.

Zonneveld, N. E.A Huisman dan J.H Boon. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.